#trik_pojok { position:fixed;_position:absolute;bottom:0px; left:0px; clip:inherit; _top:expression(document.documentElement.scrollTop+ document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }

Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Rabu, 18 November 2009

DITINGGAL OLEH SAHABAT

Hampir tiap orang di dunia ini pernah mempunyai seorang sahabat karib, entah pada saat kita masih kecil maupun saat sekarang ini.
Bagaimana kalau Anda di tinggal mati oleh sahabat karib Anda?
Tempat dimana Anda bisa berbagi suka maupun duka.
Hal inilah yg terjadi pada saat ini dengan diri saya, sobat karib saya, Ben kemarin telah meninggal dunia dalam usia 46 th, karena penyakit kanker.
Hal ini mengingatkan kembali ketika saya di tinggal mati oleh si Udin.

Sejak usia 2 th saya telah di tinggal ayah, karena ia ditawan oleh tentara Jepang. Ibu harus berkerja keras untuk bisa membiayai hidup anak-anaknya.

Ibu sering melakukan puasa, karena tidak cukup makanan dirumah, bahkan kamipun sering tidur dengan perut lapar.

Hal inilah yg mendorong saya untuk minggat dari rumah, karena ingin meringankan bebannya Ibu. Padahal waktu itu usia saya baru 6 th dengan rasa berat hati dan air mata terlinang saya berangkat meninggakan kampung halaman dengan tujuan pergi ke kota besar Bandung, karena ingin mencoba mencari nafkah sendiri

Saya berangkat berdua dengan sobat karib saya si Udin yg usianya 3 th lebih tua daripada saya. Ber-jam-jam kami berjalan kaki seharian tanpa makan, sedangkan uang tidak kami miliki, satu-satunya harta yang kami miliki ialah sehelai baju yang melekat dibadan kami.

Karena sudah tidak tertahankan lagi, saya mengusulkan kepada si Udin untuk mencuri buah-buahan di kebun orang, tetapi si Udin walaupun ia anak yatim, ia sangat taat sekali kepada agama, ia melarang saya untuk mencuri, ia bilang lebih baik kita mengemis daripada mencuri.

Kami melewati satu gedung besar, dan kami berpikir disinilah kita bisa mengemis untuk memohon sesuap nasi, tetapi belum saja kami bisa masuk ke halaman rumah, kami telah dikejar oleh anjing sipemilik rumah, kami lari terbirit-birit, tetapi dengan kaki yg masih kecil, saya belum bisa berlari cepat, sehingga saya jatuh tersungkur dan anjing menggigit saya. Akhirnya si Udin datang melindungi dan menghalau anjing tersebut.

Hujan telah turun dgn deras, badan kami menggigil kedinginan, karena telah tak tertahankan lagi, kami mencari makan di tempat sampah, ternyata disitu masih ada sisa sepotong roti kecil, dan beberapa genggam nasi.

Karena badan saya telah lemah lunglai apalagi telah digigit anjing, si Udin memberikan roti maupun nasi tersebut semuanya untuk saya, makanlah ia bilang, karena saya lagi puasa, walaupun kenyataannya tidaklah demikian, tetapi ia mengikhlaskannya untuk saya.

Malam hari itu kami tidur di emperan rumah orang, tepatnya di depan sebuah kelenteng. Malam-malam saya terbangun, karena saya mendengar si Udin mengeluh kesakitan, badannya menggigil, tak satu katapun bisa ia ucapkan tetapi matanya kelihatan sayu.

Saya mengetahui ia sakit, karena lapar, ia sudah tidak makan sejak lebih dari dua hari, dan bagian makanannya selalu diberikan kepada saya, sehingga badannya menjadi sedemikian lemahnya.

Dari luar kelenteng masih kelihatan cahaya api lilin remang-remang diatas meja sesajen, tanpa pikir panjang saya memanjat pagar dan pintu kelenteng untuk bisa masuk ke dalam, akhirnya saya berhasil mencuri sesajen berupa dua potong kueh. Saya berlari kepada si Udin cepat-cepat untuk memberikannya kepada dia, karena saya merasa takut sekali kehilangan dia.

Ketika saya tiba, saya berusaha memeluk badannya si Udin yang gemetaran dan mencoba menyuapkan kueh ke dalam mulutnya, tetapi rupanya telah terlambat. Sang Pencipta telah memanggil dia balik kepangkuan-Nya.

Apakah Anda bisa membayangkan betapa perasaan seorang bocah berusia 6 th yang di tinggal mati oleh kawan dan sobat satu-satunya yg pada saat itu tidak memiliki siapapun juga, karena jauh dari kampung halaman?

Bagaimana perasaan Anda apabila sobat karib Anda meninggal dalam pelukan tangan Anda?

Dibawah hujan rintik-rintik dengan badan menggigil kedinginan, saya menangis terseduh-seduh. Saya mendekap badannya si Udin erat-erat dan dengan suara tersendat-sendat saya mengucapkan: "Jangan tinggalkan saya, Din! Jangan tinggakan saya seorang diri......"

Hal inilah yg terulang dan teringat kembali, bagaimana sakitnya perasaan dan hati saya di tinggal oleh seorang sobat karib. Dengan air mata terlinang saya menyanyikan lagu: "What we have a friend in Jesus!"

Selamat jalan Ben!
A brother may not be a friend, but a friend will always be a brother.

YOHANES 15:13
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."
-----------------------------------------------------------------------------------------
English Version

Almost every person in this world ever had a best friend, either when we were little and now today.
What if you're in the living dead by your best friend?
The place where you can share joy and sorrow.
This reply is happening at this moment with me, my closest friend, Ben yesterday has died at the age of 46 years, due to cancer.
This reminds me back when the living dead by the Udin.

Since the age of 2 years I have been in the living father, because he was captured by Japanese soldiers. My mother had to work hard in order to finance his children live.

Mothers often make fast, because not enough food at home, even sleeping with kamipun often hungry.

This is reply prompted me to run away from home, because Mom wanted to lighten the load. And this time I was age 6 years with a heavy heart and a sense of the tears I left terlinang hometown meninggakan with the aim of going to the big city Bandung, because I wanted to try to make a living alone

I left alone with my closest friend's reply Udin age 3 years older than me. Be the hours we walked all day without eating, while we did not have money, the only treasure we have is a piece of clothing we dibadan attached.

Because it's not unbearable, I propose to the Udin for stealing fruit in the garden, but even though he's Udin orphan, he was very faithful to the religion, he told me not to steal, he said we'd better to beg than steal.

We passed a large building, and we think this is where we can beg to beg a bite of rice, but we can not just go to the home page, we have been chased by a dog sipemilik house, we rushed to run, but the reply was little feet, I could not run fast, so I fell down and the dog bit me. Finally the Udin come to protect and dispel these dogs.

The rain has come down with heavy, our bodies shivering, because it has been unbearable, we are looking for food in the trash, there was still a small remaining piece of bread and some rice cell.

Because I have a weak body limp dog let alone been bitten, the Udin give them bread and rice all for me, eat she said, because I was again fast, despite the fact that not the case, but he was let go for me.

At night we slept on the porch of the house, exactly in front of a temple. The nights I woke up, because I heard the Udin complained of pain, his body shivering, not a word could he say but his eyes looked glazed.

I knew he was sick, because of hunger, he had not eaten since more than two days, and the food is always given to me, so that the body becomes so weak.

From outside the temple are still visible light dim candle on the table of offerings, without thinking I climbed the fence and the temple door to get into, I finally managed to steal the offerings of two pieces of hot dog. I ran to the Udin quickly to give it to him, because I was so scared to lose him.

When I arrived, I tried to hug the body's trembling Udin and tried feeding hot dog into his mouth, but apparently too late. The Creator has called him behind his fold.

Can you imagine the feelings of a boy who was 6 th in the living dead by friends and buddies only reply at that time did not have anyone, because far from home?

How would you feel if your closest friend died in the arms of your hand?

Under the drizzling rain with shivering body, I cried terseduh-brewed. I hugged the Udin body tightly and in a voice choking me to say: "Do not leave me, Din! Do tinggakan me alone ......"

This is repeated and the reply came back, how sick feeling in my heart and live by a friend of friends. With tears I sang terlinang: "What we have a friend in Jesus!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar